Kamis, 31 Desember 2009

Mengenali Bahaya dari Rokok

Jangan gampang terbuai iklan dan slogan yang mengesankan bahwa perokok identik sebagai pria sejati. Sebaliknya, mereka yang aktif merokok justru terancam kehilangan kejantanannya alias rentan mengalami disfungsi ereksi. Dalam iklan-iklan yang ditampilkan di media massa, rokok dan pria selalu identik dengan kegagahan, kemachoan, keperkasaan, pria yang selalu dengan aktivitas penuh tantangan, serta dikagumi wanita-wanita cantik nan seksi. Singkatnya, hampir sebagian orang memiliki persepsi bahwa mereka yang merokok adalah pria sejati!


Di lain pihak, ada pula slogan “Rokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, serta gangguan kehamilan dan janin”. Slogan tersebut banyak ditemukan di papan-papan reklame, tv, radio, koran, majalah, dan pada bungkus rokok itu sendiri.

Kedua hal di atas, sungguh merupakan hal yang sangat tidak sinkron. Di satu pihak menampilkan sesuatu yang dalam mindset masyarakat dicap sebagai simbol kejantanan pria, sementara di pihak lain masyarakat seakan-akan diberitahu bahwa merokok “mungkin” dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan, dan janin.

Yang lucu, masyarakat tampaknya tidak menganggap slogan tersebut sebagai sebuah peringatan. Bahkan menganggapnya hanya sebagai label yang tak perlu dipahami, apalagi untuk dicamkan dengan saksama.

Kandungan Rokok
Diakui atau tidak, setiap batang rokok yang dinyalakan akan mengeluarkan lebih 4.000 bahan kimia beracun yang membahayakan. Diasumsikan bahwa setiap hari sekitar 11.000 manusia meninggal karena rokok.

Sebagai gambaran, pada awalnya rokok mengandung 8–20 mg nikotin dan setelah dibakar, nikotin yang masuk ke dalam sirkulasi darah hanya 25 persen. Walau demikian, jumlah kecil tersebut memiliki waktu hanya 15 detik untuk sampai ke otak manusia. Di antara kandungan asap rokok, di antaranya termasuk bahan radioaktif (polonium-201) dan bahan-bahan yang digunakan di dalam cat (acetone), pencuci lantai (ammonia), kapur barus (naphthalene), racun serangga (DDT), racun semut putih (arsenic), gas beracun (hydrogen cyanide) yang digunakan bagi orang yang menjalani hukuman mati, dan masih banyak lagi.

Dalam kandungan rokok, racun utama yang paling berbahaya adalah tar, nikotin dan karbon monoksida. Tar mengandung 43 bahan kimia yang diketahui menjadi penyebab kanker (karsinogen). Zat yang seperti benzopyrene, yaitu sejenis policyclic aromatic hydrocarbon (PAH) yang telah lama ditetapkan sebagai agen pencetus awal kejadian kanker.

Kandungan rokok lainnya adalah nikotin yang seperti heroin, amfetamin dan kokain, dan bersifat merangsang otak serta mempunyai efek terhadap sistem mesolimbik yang menjadi penyebab ketagihan. Seseorang yang kehabisan rokok kadangkala bertingkah seperti orang yang mengalami gangguan pikiran dan dalam keadaan yang amat tertekan. Itulah sebabnya mengapa orang yang sudah mengalami ketergantungan sangat sulit untuk berhenti, kecuali dengan upaya yang keras dan bersungguh-sungguh.
Selain itu, nikotin juga merupakan penyebab penyakit jantung dan stroke. Sekitar 25 persen penderita jantung adalah akibat dari merokok.

Zat beracun yang juga ada dalam rokok adalah karbon monoksida (CO), yaitu gas beracun yang biasanya dikeluarkan oleh kendaraan. Gas ini menyebabkan oksigen berkurang di jaringan tubuh, karena CO lebih kuat mengikat Hb darah dibanding oksigen, sehingga apabila kadar CO di dalam tubuh melebihi 60 persen maka dapat menyebabkan kematian.

Racun Asap
Ada dua macam asap rokok yang dihasilkan setiap kali orang merokok, yaitu asap utama (mainstream), yakni asap yang dihisap oleh si perokok, dan kedua asap sampingan (sidestream) yaitu asap yang merupakan pembakaran dari ujung rokok, kemudian menyebar ke udara. Asap sampingan memiliki konsentrasi yang lebih tinggi, karena tidak melalui proses penyaringan yang cukup.

Dengan demikian, pengisap asap sampingan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita gangguan kesehatan akibat rokok. Perokok pasif adalah orang-orang yang tidak merokok, namun menjadi korban perokok karena turut mengisap asap sampingan (di samping asap utama yang diembuskan balik oleh perokok).

Oleh karena itu, dapat dipahami mengapa angka kejadian penyakit akibat rokok lebih tinggi pada perokok pasif daripada perokok aktif. Dan bagi anak-anak di bawah umur, terdapat risiko kematian mendadak akibat terpapar asap rokok.

Menyesatkan
Sama seperti penulis singgung di awal tulisan ini, kejantanan si perokok dalam iklan-iklan perlu kita cermati. Coba kita perhatikan pria-pria hebat yang merupakan perokok berat. Tak perlu penulis sebutkan nama orang –orang hebat yang juga perokok hebat. Di umur 50 tahun, hampir sebagian besar dari mereka meninggal karena kanker, utamanya kanker paru-paru.

Walaupun mereka sudah berhenti merokok sejak 10 tahun sebelum penyakitnya bermanifestasi, tetapi penyakit saluran napas (kanker paru) tetap saja menggerogoti. Ini disebabkan karena sel-sel organ paru pada perokok sudah mengalami perubahan menjadi sel kanker yang pertumbuhannya lambat, sehingga baru bermanifestasi 10-20 tahun kemudian.

Akhirnya, si jantan sudah tidak jantan lagi, karena untuk bernapas pun sulit, apalagi untuk aktivitas yang lain. Dapat dibayangkan betapa ngeri menunggu maut dengan penderitaan yang dirasakan akibat nyeri setiap mengembuskan napas.

Selain penyakit saluran napas, rokok juga dapat menyebabkan atherosclerosis, yakni kekakuan pembuluh darah yang dapat disertai penyempitan pembuluh darah. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya hipertensi dan gangguan suplai darah ke organ-organ. Akibatnya, dapat terjadi komplikasi berupa gangguan jantung, ginjal, stroke, disfungsi ereksi, dan lain-lain. Sekarang, di mana kejantanannya?

Akibat gangguan pembuluh darah, maka aliran darah ke penis akan mengalami hambatan, sehingga terjadi gangguan ereksi (disfungsi ereksi). Selain itu, akibat terpapar dengan racun secara terus-menerus, maka kualitas sperma juga mengalami penurunan (oligospermia). Oleh karena itu, wajar apabila seorang perokok berat sangat sulit memiliki keturunan, kalaupun ada, biasanya kualitas keturunannya kurang baik.

Suami sebagai pengayom keluarga hendaknya berpikir matang-matang sebelum memutuskan untuk merokok. Dampak terhadap keluarga harus dipertimbangkan dengan matang, baik itu dari segi kesehatan, ekonomi, etika, pendidikan anak, dan kualitas generasi bangsa kita.

Sebelum terlambat, ada baiknya menyimak sejumlah lelucon yang mengisyaratkan betapa merokok itu lebih banyak mudharatnya ketimbang manfaatnya. Lelucon dimaksud antara lain; ”perokok awet muda, karena sebelum tua sudah mati”, ”perokok rumahnya aman, karena tiap malam batuk sehingga pencuri takut masuk”, atau perokok paling dermawan, karena rajin menyumbang ke dokter dan rumah sakit untuk pengobatan paru-paru, jantung, ginjal, dan lain-lain.

Berikutnya, ”perokok mengurangi persaingan kerja, karena orangtua (ayah dan atau ibu) perokok anaknya banyak dengan keterbelakangan mental”, ”perokok hidup bebas, karena tidak pernah baca doa sebelum merokok”, dan ”perokok membuat suasana ruangan lebih ramai. Yang tadinya full-ac, jadi full-asap.”

Dengan demikian, jelaslah bahwasanya merokok hanya dilakukan oleh orang yang tidak berpikir panjang dan hanya mementingkan diri sendiri. Kegiatan yang merusak tubuh adalah perbuatan dosa, sehingga rokok dapat dikategorikan sebagai benda atau barang haram yang harus dihindari dan dijauhi sejauh mungkin. Ulama atau ahli agama yang merokok mungkin akan memiliki persepsi yang berbeda dalam hal ini.

Betapa banyak yang menjadi korban akibat perokok. Alasan bahwa pabrik rokok merupakan salah satu penghasil devisa negara adalah alasan yang tidak rasional karena mendapatkan penghasilan dengan cara meracuni rakyat. Penulis berharap agar pihak pemerintah, dinas kesehatan, tokoh-tokoh agama, dan pihak-pihak terkait lainnya memperhatikan hal ini, demi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kualitas generasi bangsa.
Sumber: Fajar.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar