Kamis, 31 Desember 2009

Default Dampak Membakar Sampah Asal-Asalan

Surabaya dan Jakarta termasuk kota yang menghadapi masalah sampah. Untuk membantu memecahkan masalah, beberapa warga mencoba membakar sarapan mereka sendiri. Namun, cara ini nyata menimbulkan masalah lain, yang mengganggu kesehatan. Pembakaran yang bersih hanya bisa dilakukan denganapi panas dan suplai oksigen yang cukup. Padalah pada pembakaran sampah yang umum dilakukan, yakni sampah dalam tumpukan, hanya bagian luar yang mendapat cukup oksigen untuk menghasilkan CO2. Sementara bagian dalam, karena kekurangan suplai O2 akan menghasilkan kabonmonoksida (CO). Satu ton sampah akan menghasilkan sekitar 30 kg CO.



CO adalah gas yang mampu membunuh orang secara massal. Bila dihirup gas ini akan berikatan sangat kuat dengan hemoglobin darah. Akibatnya, hemoglobin yang semestinya mengangkat dan mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh akan terganggu. Tubuh akan kekurangan O2 dan menimbulkan kematian.

Masalah lain dari sampah organik adalah kelembapannya. Sampah basah mengakibatkan partikel-partikel yang tak terbakar berterbangan, juga berakibat terjadi reaksi yang menghasilkan hidrokarbon berbahaya. Partikel-partikel yang tak terbakar akan terlihat sebagai awan dalam asap.

Dari 1 ton sampah kira-kira dihasilkan 9 kg partikel padat yang tak terbakar berupa asap cokelat. Sebagian partikel akan terhisap masuk paru-paru, karena mekanisme penyaringan dalam hidung kita tak mampu menyaringnya.

Hidrokarbon berbahaya, senyawa penyebab iritasi seperti asam cuka, serta senyawa penyebab kanker seperti benzopirena, juga mungkin dihasilkan. Suatu studi menyimpulkan, asap dari pembakaran sampah mengandung benzopirena 350 kali lebih besar dariasap rokok. Telah kita kenal dengan baik, perokok pasif pun dapat beresiko kanker gara-gara asap rokok orang-orang di sekitarnya. Lebih berbahaya kalau Anda menderita asma, infeksi paru-paru, atau bronkitis kronis. Anak-anak akan lebih menderita lagi, karena mereka menghirup jumlah udara per satuan berat badannya lebih besar dan pada orang dewasa dan juga karena perbedaan struktur paru-parunya.
Yang lebih parah, bila sampah organik bercampur dengan bahan-bahan sintetis. PVC dalam pembungkus kabel, kulit sintetis, dan lantai vinil misalnya, mengandung senyawa berbahaya yang mengandungklor. Pembakaran bahan tersebut akan menghasilkan HCl yang korosif.

Celakanya, pembakaran dengan suhu kurang dari 1.100 0C, pun akan menghasilkan dioksin – zat sebagai racun tumbuhan (herbisida). Selain itu mungkin pula dihasilkan fosgen, yang dikenal sebagai racun yang digunakan pada PD I. Tercatat 75 racun lain yang telah dikenal dalam hasil pembakaran sampah yang mengandung klor.

Bahan sintetis yang mengandung nitrogen akan menghasilkan senyawa berbahaya lain. Nitrogen terdapat dalam bahan sintetis seperti nilon, dan busa poliuretan seperti yang terdapat dalam matras, sofa dan karpet yang berbusa. Pada pembakaran di atas 600 0C, bahan sintetis yang mengandung nitrogen ini akan menghasilkan HCN, suatu gas sangat beracun. Sebaliknya, pembakaran sampah basah pada suhu kurang dari 600 0C pun akan dihasilkan isosianat. Senyawa ini terkenal karena menyebabkan kecelakaan mengenaskan di Bhopal beberapa tahun silam.
Bahkan, membakar potongan kayu dapat membahayakan, karena akan menghasilkan senyawa yang mengakibatkan kanker, formaldehida. Sementara, melamin dapat menghasilkan formaldehida bila dibakar dengna suplai oksigen banyak, atau menghasilkan HCN bila suplai oksigen kurang.
Untuk mengurangi polusi udara, mungkin kita perlu memilah-milah sampah yang akan dibakar, atau seminimal mungkin membakarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar